September 15, 2014

Cerita Promil dan Pengalaman HSG

Setelah sekitar 10 bulan menikah, belum ada tanda-tanda kehamilan pada saya. Mungkin hitungannya masih sebentar yaa, tapi terkadang muncul perasaan bertanya-tanya setiap kali melihat teman-teman yang baru menikah dan langsung positif. Maksud saya bertanya-tanya adalah munculnya perasaan kuatir akan adanya kelainan seperti kista, miom, dan sejenisnya.

Maka suatu hari, isenglah saya dan suami ke dokter SpOG. Kami ke RS Limijati, dengan dr. SanSan. Saat konsul, saya diUSG dan ternyata tidak ada masalah dengan kandungan saya. Suami juga coba cek sperma. Hasil cek sperma suami memang tidak terlalu baik, tapi menurut dokter ini juga bukan masalah. Saya dan suamipun pulang ke rumah dengan hati senang.

Selang beberapa bulan berlalu, kami mulai berpikir untuk kembali ke dokter kandungan. Kali ini kami menemui dr. Tono di RS Limijati. Dr.Tono ini konon merupakan ahli fertilitas. Saat konsul dengan dr. Tono saya di USG transvaginal. Awalnya rada kaget sih karena gak mempersiapkan mental untuk ini. Tapi karena waktu antara kaget dan di USG nya gak sampai 3 menit, jadinya cuma sempet bengong. Hehehe. Dan ternyata gak sakit koq di USG transvaginal ini. Jadi buat yang bertanya-tanya bagaimana rasanya, saya akan jawab "biasa-biasa aja, tidak menyakitkan" :).
Dari hasil USG, dokter juga mengatakan sepertinya tidak ada masalah. Beliau hanya sempat mengatakan bahwa telur saya kecil-kecil dan siklus menstruasi saya terlalu pendek (24 hari). Tapi beliau belum bisa menyimpulkan apa-apa. Untuk memastikan, kami diminta untuk melakukan HSG. Waktu mendengar kata HSG, saya masih clueless, tapi karena suami sepertinya paham apa itu HSG, jadi saya iya-iya aja. HSG bisa dilakukan di pramita Lab. Dr Tono hanya memberikan surat pengantar.

Keluar dari ruangan dokter, saya kemudian menanyakan pada suami, apa itu HSG. Intinya adalah semacam rontgen untuk melihat saluran telur dan melihat bentuk rahim untuk mendeteksi ada atau tidaknya kelainan. Caranya dengan memasukkan cairan kontras melalui vagina. What? Saya langsung panik tuh, kuatir membayangkan prosesnya. Tapi, akhirnya harus memberanikan diri untuk memastikan ada atau tidaknya kelainan. Saya pun sudah dibekali antibiotik Doxy oleh dr. tono yang harus diminum sebelum HSG s/d proses HSG selesai (harus dihabiskan).

Maka, saya kemudian ke pramita untuk menjadwalkan HSG. Biayanya Rp 750.000. HSG dilakukan antara hari ke 9 -14 siklus haid. Daaan tibalah hari HSG. Saya masuk sendirian (tidak ditemani suami). Si petugas memastikan apakah saya benar-benar mau HSG dan bukan USG. Saya mengatakan bahwa saya memang mau HSG. Si petugas tampaknya tidak percaya. Dia lalu menjelaskan proses HSG. Saya hanya mengangguk-angguk. Saya lalu diminta untuk mengganti baju dan disuruh tidur di tempat tidur yang tidak empuk (halaahh). Cukup lama juga gelisah menunggu si doter radiologi yang sedang bertugas di ruangan sebelah. Gelisah karena memandangi alat-alat yang gede dan terlihat canggih (juga menyeramkan), serta memikirkan bagaimana rasanya HSG.

Akhirnya datang juga si dokter radiologi. Untung saya gak pakai kacamata. Jadinya, gak keliatan alat-alat apa saja yang beliau bawa. Hehehe. Beliau datang bersama 2 petugas perempuan. Saya kemudian disuruh mengambil posisi dengan kaki mengangkang (duh gak enak ngetik kata itu). Singkatnya, cairan kontras pun dimasukkan. Saat hendak difoto ternyata cairan tersebut keluar. Lalu cairan dimasukkan untuk kedua kalinya, dan tetap keluar. Akhirnya yang ketiga kalinya, cairan dimasukkan menggunakan kateter. Saat cairan sudah masuk, lalu difoto dan setelah selesai saya diminta untuk bersih-bersih di kamar mandi. Lalu setelah itu, difoto kembali.

Bagaimana rasanya?
Rasanya mules-mules seperti sakit menstruasi hari I terutama saat cairan kontras dimasukkan. Saat cairan dimasukkan melalui vagina juga rasanya tidak nyaman, tapi hanya sebentar karena yang selanjutnya terasa hanya mules. Setelah selesai, saya diberikan obat pain killer oleh dokternya. Waktu itu yang diberikan adalah mefinal. Saya waktu itu sudah mempersiapkan mefinal juga dari rumah. Jadi, begitu selesai, langsung deh saya tenggak si mefinal. Oia, saya juga diberikan pembalut oleh petugas karena biasanya setelah HSG, akan keluar darah seperti menstruasi. Selesai HSG, saya lanjut ngantor. Tapi ternyata rasa mules-mulesnya masih berlanjut terutama di perut bagian bawah. Rasanya perut bagian bawah seperti menegang. Saya kemudian ke IGD Limijati untuk observasi. Sekitar 1 jam, saya pulang dan perut sudah tidak terlalu sakit. Tapiii, karena minum mefinal saat perut kosong, maag saya pun kumat. Perut kemudian melilit karena maag (bukan karena HSG). Saya sampai 2 hari gak ngantor karena sakit maag ini. Sakit HSG nya bahkan sudah tidak terlalu terasa tertutupi dengan maag -_-.

Setelah hasil HSG di tangan, saya pun membawanya ke dr. Tono. Menurut dr. Tono, tuba saya tersumbat kanan dan kiri. Ia juga mengatakan adanya hydrosalping. Menurut pengalaman dr. Tono, ini biasanya terjadi karena ada infeksi. Infeksi ini salah satunya juga bisa disebabkan karena air. Menurut beliau, jika melihat hasil HSG sepertinya tuba saya tidak harus dipotong. Tapi beliau juga tidak bisa memastikan. Dengan kondisi yang demikian, saya menjadi sulit hamil. Infeksi ini sebaiknya segera diselesaikan agar jangan sampai merusak tuba dan menjalar ke organ lainnya.
Menurut dr Tono, satu-satunya cara adalah dengan laparaskopi operatif (LO). Saat LO, dokter dapat dengan jelas melihat kelainan apa yang terjadi dan merekonstruksi tuba (dengan catatan tuba tersebut masih bisa direkonstruksi). LO akan berjalan sekitar 1 jam dan pasien akan dibius total.

Keluar ruangan, saya masih bengong dan galau. Saya masih belum terlalu paham apa yang terjadi, tapi koq sepertinya menyeramkan. Suami pun menjelaskan ulang ke saya dan setelah membaca banyak artikel di internet, saya mulai paham apa yang terjadi. Saat galau (kurang lebih 2 hari menggalau), saya berpikir banyak hal mengenai hidup dan rencana Tuhan buat saya. Saya yakin bahwa kejadian ini pasti diketahui oleh Tuhan dan sudah menjadi rencanaNya buat saya. Ada sesuatu yang mau Tuhan ajarkan pada saya dan ada sesuatu yang indah yang sudah Dia siapkan. Tinggal saya mau percaya atau tidak dengan rencanaNya ini.

Setelah 2 hari berlalu, saya kemudian memutuskan siap untuk LO dan semoga LO ini dapat berjalan lancar. Saya berdoa semoga tuba saya dapat direkonstruksi dan bisa berbuah hasil "positif".

LO rencanya akan dilakukan tanggal 27 September. Selesai LO, saya akan update kembali cerita saya. Thank you for reading :)

Linkie ♥

Text Widget

Total Pageviews

Welcome!

Recent Posts

 

Template by Best Web Hosting